Implementasi THK Parhayangan : Ganesha Indonesia Melaksanakan Sembahyang Bersama di Pura Taman Beji - Abiansemal


Badung, 16 Juni 2024 

☑  Makna Tri Hita Karana Bagi Kehidupan Masyarakat Bali – Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966, saat penyelenggarakan Konferensi Daerah Badan Perjuangan Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra Denpasar. Tri Hita Karana merupakan sebuah konsep spiritual, kearifan lokal, sekaligus falsafah hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk membentuk keselasaran hidup manusia.

Ganesha Indonesia Tanahampo mempunyai program kegiatan yang berkaitan dengan Tri Hita Karana, dalam kesempatan di tanggal 16 Juni 2024 jajaran dan stafnya melakukan Persembahyangan Bersama di Pura Taman Beji yang berlokasi di Abiansemal - Badung. Di akhir persembahyangan jajaran dan staf juga melakukan diskusi ringan untuk jalannya Ganesha Indonesia ke depan.


Tri hita karana berasal dari bahasa sanskerta yang terbentuk dari tiga kata, yaitu Tri artinya tiga, Hita artinya kebahagiaan atau sejahtera dan Karana artinya sebab atau penyebab. Pada hakikatnya falsafah ini mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan tiga hubungan itu. Yang mengajarkan bagaimana agar manusia mencapai keseimbangan dan keselarasan hidup. Konsep ini menggambarkan keseimbangan dan keselarasan hidup akan tercapai jika manusia menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan atau alam.


Parhayangan, yaitu hubungan harmonis dengan Tuhan. Parhyangan menegaskan bahwa manusia diharapkan senantiasa menghaturkan sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Pencipta Alam Semesta beserta isinya. (pgs)


Comments

  1. Om Swastyastu... Om Shri Maha Ganapati ya namah... Jay!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ganesha Publisher sebagai Penerbit Buku ber-ISBN dan Jurnal Ilmiah ber-ISSN

Ganesha Publisher Semarakkan Acara Pameran Merdeka Belajar 2024